Isra Mi'raj, Makna Horizontal, Vertikal dan Super Revolusi

By Admin


Oleh: Swary Utami Dewi

nusakini.com - Saat Isra Mi’raj, Nabi Muhammad melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Kemudian beranjak naik ke langit, lapis demi lapis. Dalam kediamanku, tiba-tiba aku terfikir tentang Isra Mi’raj. Bagi sang Nabi Besar, ia bermakna luar biasa dan membuatnya memiliki keajaiban yang tidak dimiliki para Nabi lain. Muhammad bahkan sanggup berada di langit dan menemui para Nabi yang telah lebih dahulu berpulang.

Tapi, apa bagiku sebagai manusia? Saat melakukan Isra, ada pengertian horizontal yang dilakukan. Horizontal bisa bermakna sejajar. Makna horizontal ini dalam konteks kekinian yang sedang dihadapi bisa diartikan bahwa kita diajak untuk selalu melihat manusia sama derajatnya. Saat menyadari hal ini, perlakuan kita terhadap sesamapun menjadi lebih baik dan lebih arif. Tidak lagi kita membiarkan diri berpangku tangan saat melihat yang lain butuh pertolongan. Tidak lagi kita menjadi begitu serakah menumpuk apa yang seharusnya bukan menjadi hak kita, sementara di belahan nusantara atau bumi lain, masih ada saudara kita sesama manusia yang hidup dalam kondisi mengenaskan dan tidak layak. Buka mata lebar-lebar untuk melihat, telinga untuk mendengar, hati untuk merasakan, otak berfikir bagaimana sebaiknya, dan kaki tangan membantu kita mewujudkan tindakan ke sesuatu yang lebih baik bagi banyak orang.

Juga, saat kita melihat apa yang ada di bumi dan semesta ini sebagai ciptaan Tuhan yang memiliki hak hidup dan berkembang yang sama, maka sudah tepat kiranya jika kita mencoba sekali lagi melihat apa yang telah kita perbuat, andil apa secara individu, kelompok, maupun massal yang dilakukan, sehingga kehidupan mahluk lain menjadi begitu terancam? Banyak jenis hewan dan tumbuhan telah punah yang terjadi karena tindakan manusia, langsung maupun tidak langsung, disadari maupun tidak disadari.

Bumi pun berontak menunjukkan sikap. Ketika ambang batas daya tahan dan kesadaran bumi sudah dilangkahi manusia begitu rupa, bumi yang selama ini mengayomipun menjadi bereaksi. Dalam berbagai bentuk, ketidaknyamanan hidup di bumi mulai dirasakan. Berbagai istilah ilmiah seperti pemanasan global sebenarnya merupakan cara kita untuk menggambarkan ketidaknyamanan bumi akibat ulah manusia. Jika sikap kita tidak berubah, bukan mustahil dalam waktu singkat, bukan hanya ketidaknyamanan yang kita terima, bumi bahkan bisa menolak kita. Bisa jadi ini merupakan tragedi luar biasa, saat bumi yang selama ini menjadi orangtua manusia yang melindungi dan mengayomi, menjadi tidak sanggup lagi menerima perlakuan anaknya yang telah menjadi Malin Kundang. Kiranya, makna horizontal Isra menjadi penting untuk menggugah serta meluruskan kembali sikap dan tindakan kita terhadap sesama manusia, juga terhadap bumi dan isinya.

Selain itu, makna perjalanan Nabi berabad-abad lalu juga bermakna vertikal. Rasa kemanusiaan dan kepedulian yang makin tipis, bisa jadi menunjukkan tingkat ingatan dan pemahaman yang semakin menurun terhadap Yang Kuasa. Allah berada di atas, secara vertikal menjadi “panutan” manusia dalam bersikap dan bertindak. Mi’raj mengajak kita untuk tetap melihat ke atas, selalu mengingat sang Pencipta. Konsekuensinya, pada saat kita selalu mengingat Allah, perbuatan dan sikap kita pun menjadi lebih manusiawi, sesuai dengan apa yang digariskan Allah. Dalam bentuk tindakan, kita menjadi manusia yang lebih baik lagi, menjadi Khalifah Tuhan di bumi yang adil, tidak hanya bagi diri sendiri, tapi mengayomi manusia lain dan seluruh isi bumi. Tindakan merusakpun menjadi sesuatu yang selayaknya kita tinggalkan jauh-jauh. Ingatan atas ke-Ilahi-an dan segala konsekuensinyalah yang coba diketuk dalam makna horizontal Mi’raj.

Makna ketiga dari Isra Mi’raj adalah super revolusi. Saat melakukan perpindahan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, dan kemudian melanglang naik ke langit, semua dialami Nabi Muhammad secara begitu cepat. Pergerakan dan perpindahan begitu luar biasa. Super revolusilah yang terjadi. Dalam konteks kekinian, apa makna super revolusi ini? Paling tidak bagi saya, super revolusi berarti kita sebagai manusia yang diberi akal fikiran dan hati nurani, bisa berfikir cepat dan bertindak cepat, sendiri maupun bersama, untuk melakukan perubahan terhadap segala kondisi krisis yang sedang kita hadapi, baik krisis kemanusiaan, lingkungan dan ke-Ilahi-an.

Dengan terus menerus merenungkan, memahami dan kemudian mewujudkan makna Isra Mi’raj dalam tindakan, mudah-mudahan akan banyak perubahan dan kemajuan yang bisa kita dapatkan. Bumipun bisa lebih sayang terhadap kita. Demikian juga anak-anak menjadi lebih bisa tersenyum lebar melihat masa depan mereka yang lebih baik.